Monday, April 25, 2011

Beramal Islam Dengan Jemaah

Ust. Anis Matta)



*******************************************************

Ummat ini bagaikan daun-daun yang berguguran, mudah sekali diterpa angin. Tiada kekuatan yang mampu menghimpunnya kembali, menata seperti ia masih bergayut pada pohonnya. Begitulah kenyataan! Banyak

orang saleh, orang hebat, tapi semuanya seperti daun-daun yang berhamburan. Oleh karena itu, jalan panjang untuk menuju kebangkitan ummat ini haruslah dimulai dari menghimpun daun-daun tersebut dalam wadah yang bernama jama'ah, merajut kembali jalinan cinta, satukan potensi dan kekuatan, sehingga ia menjadi pohon peradaban yang teduh, menaungi kemanusiaan.

*******************************************************



Walaupun satu keluarga kami tak saling mengenal

Himpunlah daun-daun yang berhamburan ini

Hidupkan lagi ajaran saling mencinta Ajari lagi kami

berkhidmat seperti dulu



Itulah beberapa bait dari sajak doa Iqbal. Mungkin batinnya menjerit pada setiap kesaksiannya atas zamannya; ummat ini seperti daun-daun yang berhamburan. Seperti daun-daun yang gugur diterpa angin, tak ada lagi kekuatan yang dapat menghimpunnya kembali, menatanya seperti ketika ia masih menggayut pada pohonnya.



Begitulah kenyataan ummat ini; mungkin banyak orang saleh diantara mereka, tapi semuanya seperti daun-daun yang berhamburan, tidak terhimpun dalam sebuah wadah yang bernama jama'ah. Mungkin banyak orang hebat diantara mereka, tapi kehebatan mereka hilang diterpa angin zaman. Mungkin banyak potensi yang tersimpan pada individu-individu diantara mereka, tapi semuanya berserakan di sana sini, tak terhimpun.



Maka jama'ah adalah alat yang diberikan Islam bagi umatnya untuk menghimpun daun-daun yang berhamburan itu; supaya kekuatan setiap satu orang saleh, atau orang hebat, atau satu potensi, bertemu padu dengan kekuatan saudaranya yang lain, yang sama salehnya, yang sama hebatnya, yang sama potensialnya.



Jama'ah juga merupakan CARA YANG PALING TEPAT UNTUK MENYEDERHANAKAN PERBEDAAN-PERBEDAAN PADA INDIVIDU. Di dalam satu jama'ah, individu-individu yang memiliki kemiripan disatukan dalam sebuah simpul. Maka meskipun ada banyak jama'ah, itu tetap jauh lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Sebab JAUH LEBIH MUDAH MEMETAKAN ORANG BANYAK MELALUI PENGELOMPOKAN ATAU SIMPUL-SIMPULNYA, KETIMBANG HARUS MEMETAKAN MEREKA SEBAGAI INDIVIDU.



Maka jalan panjang menuju kebangkitan kembali ummat ini, harus dimulai dari menghimpun daun-daun yang berhamburan itu, merajut kembali jalinan cinta diantara mereka, menyatukan potensi dan kekuatan mereka, kemudian `meledakkannya' pada momentum sejarahnya, menjadi pohon peradaban yang teduh, yang menaungi kemanusiaan.



Tapi itulah masalahnya. Ternyata itu bukan pekerjaan yang mudah. Ternyata cinta tidak mudah ditumbuhkan diantara mereka. Ternyata orang saleh tidak mudah disatukan. Ternyata orang hebat tidak selalu bersedia menyatu dengan orang hebat yang lain. Mungkin itu sebabnya, ada ungkapan di kalangan gangster mafia; seorang prajurit yang bodoh, kadang-kadang lebih berguna dari pada dua orang jenderal yang hebat. Tapi tidak ada jalan lain; NABI UMMAT INI TIDAK AKAN PERNAH MEMAAFKAN SETIAP ORANG DI ANTARA KITA UNTUK MENINGGALKAN JAMA'AH SEMATA-MATA KARENA IA TIDAK MENEMUKAN KECOCOKAN BERSAMA ORANG LAIN DALAM JAMA'AHNYA. Sebab, kekeruhan jama'ah, kata Imam Ali Bin Abi Thalib Ra, jauh lebih baik daripada kejernihan individu.



DARI INDIVIDU KE JAMA'AH

Orang-orang saleh diantara kita harus menyadari, bahwa tidak banyak yang dapat ia berikan atau sumbangkan untuk Islam kecuali kalau ia bekerja di dalam dan melalui jama'ah. Mereka tidak dapat menolak fakta bahwa tidak ada orang yang dapat mempertahankan hidupnya tanpa bantuan orang lain, bahwa tidak pernah ada orang yang dapat melakukan segalanya atau menjadi segalanya, bahwa KECERDASAN INDIVIDUAL TIDAK PERNAH DAPAT MENGALAHKAN KECERDASAN KOLEKTIF. Bekerja di dalam dan melalui jama'ah tidak hanya terkait dengan fitrah sosial kita, tapi terutama terkait dengan kebutuhan kita untuk menjadi lebih efisien, efektif dan produktif.



Ada juga alasan lain. Kita hidup dalam sebuah zaman yang oleh ahli-ahlinya dicirikan sebagai masyarakat jaringan, masyarakat organisasi. Semua aktivitas manusia dilakukan di dalam dan melalui organisasi; pemerintahan, politik, militer, bisnis, kegiatan sosial kemanusiaan, rumah tangga, hiburan dan lainnya. Itu merupakan kata kunci yang menjelaskan, mengapa masyarakat moderen menjadi sangat efektif dan efisien serta produktif.



Masyarakat modern bekerja dengan kesadaran bahwa keterbatasan-keterbatasan yang ada pada setiap individu sesungguhnya dapat dihilangkan dengan mengisi keterbatasan mereka itu dengan kekuatan-kekuatan yang ada pada individu-individu yang lain. Jadi kebutuhan setiap individu Muslim untuk bekerja, atau beramal Islami di dalam dan melalui jama'ah, bukan saja lahir dari kebutuhan untuk meningkatkan efektivitas, efesiensi dan produktivitasnya, tapi juga lahir dari kebutuhan untuk bekerja dan beramal Islami pada level yang setara dengan tantangan zaman kita.



Musuh-musuh kita mengelola dan mengorganisasi pekerjaan-pekerjaan mereka dengan rapi, sementara kita bekerja sendiri-sendiri, tanpa organisasi, dan kalau ada, biasanya tanpa manajemen.



Pilihan untuk bekerja dan beramal Islami di dalam dan melalui jama'ah hanya lahir dari kesadaran mendalam seperti ini. Tapi kesadaran ini saja tidak cukup. Ada persyaratan psikologis lain yang harus kita miliki untuk dapat bekerja lebih efektif, efisien dan produktif dalam kehidupan berjama'ah.



1. KESADARAN BAHWA KITA HANYALAH BAGIAN DARI FUNGSI PENCAPAIAN TUJUAN

Jama'ah didirikan untuk mencapai tujuan-tujuan besar. Untuk jama'ah bekerja dengan sebuah perencanaan dan strategi yang komprehensif dan integral. Di dalam strategi besar itu, individu harus ditempatkan sebagai bagian dari keseluruhan elemen yang diperlukan untuk mencapainya. Jadi sehebat apa pun seorang individu, bahkan sebesar apa pun kontribusinya, dia tidak boleh merasa lebih besar daripada strategi dimana ia merupakan salah satu bagiannya. Begitu ada individu yang merasa lebih besar dari strategi jama'ah, maka strategi itu akan berantakan. Untuk itu setiap indvidu harus memiliki kerendahan hati yang tulus.



2. SEMANGAT MEMBERI YANG MENGALAHKAN SEMANGAT MENERIMA

Dalam kehidupan berjama'ah terjadi proses memberi dan menerima. Tapi jika pada sebagian besar proses kita selalu berada pada posisi menerima, maka secara perlahan kita `mengkonsumsi' kebaikan-kebaikan orang lain hingga habis. Itu tidak akan pernah mampu melanggengkan hubungan individu dalam sebuah jama'ah. Betapa bijak nasihat KH Ahmad Dahlan kepada warga Muhammadiyah; "Hidup-hidupkanlah Muhammadiyah, dan jangan mencari hidup dalam Muhammadiyah".



3. KESIAPAN UNTUK MENJADI TENTARA YANG KREATIF

Pusat stabilitas dalam jama'ah adalah kepemimpinan yang kuat. Tapi seorang pemimpin hanya akan menjadi efektif apabila ia memiliki prajurit-prajurit yang taat dan setia. Ketaatan dan kesetiaan adalah inti keprajuritan. Begitu kita bergabung dalam sebuah jama'ah, kita harus bersiap untuk menjadi taat dan setia. Tapi ruang lingkup amal Islami yang sangat luas membutuhkan manusia-manusia kreatif. Dan kreativitas tidak bertentangan dengan ketaatan dan kesetiaan. Jadi kita harus menggabungkan antara ketaatan dan kreativitas; ketaatan lahir dari kedisiplinan dan komitmen, sementara kreativitas lahir dari kecerdasan dan kelincahan. Dan itu merupakan perpaduan yang indah.



4. BERORIENTASI PADA KARYA, BUKAN PADA POSISI

Jebakan terbesar yang dapat menjerumuskan kita dalam kehidupan berjama'ah adalah posisi struktural. Jama'ah hanyalah wadah bagi kita untuk beramal. Maka kita harus selalu berorientasi pada amal dan karya yang menjadi tujuan utama kita berjama'ah, dan memandang posisi structural sebagai perkara sampingan saja. Dengan begitu kita akan selalu bekerja dan berkarya ada atau tanpa posisi struktural.



5. BEKERJASAMA WALAUPUN BERBEDA

Perbedaan adalah tabiat kehidupan yang tidak dapat dimatikan oleh jama'ah. Maka adalah salah jika berharap untuk hidup dalam sebuah jama'ah yang bebas dari perbedaan. Yang harus kita tumbuhkan adalah kemampuan jiwa dan kelapangan dada untuk tetap bekerjasama di tengah berbagai perbedaan. Perbedaan tidaklah sama dengan perpecahan, dan karena itu kita tetap dapat bersatu walaupun kita berbeda.



JAMAAH YANG EFEKTIF

Mungkin jauh lebih realistis untuk mencari jama'ah yang efektif ketimbang mencari jama'ah yang ideal. Kita adalah ummat yang sakit. Setiap kita mewarisi kadar tertentu dari penyakit tersebut. Jika orang-orang sakit itu saling bertemu dalam sebuah jama'ah, pada dasarnya jama'ah itu juga merupakan jama'ah yang sakit. Itulah faktanya. Tapi tugas kita menyalakan lilin, bukan mencela kegelapan.



Jama'ah yang efektif adalah JAMA'AH YANG DAPAT MENGEKSEKUSI ATAU MEREALISASIKAN RENCANA-RENCANANYA. Kemampuan eksekusi itu lahir dari integrasi antara berbagai elemen; ada sasaran dan target yang jelas, strategi yang tepat, sarana pendukung yang memadai, pelaku yang bekerja dengan penuh semangat, lingkungan strategi yang kondusif.



Jama'ah yang didirikan untuk kepentingan menegakkan syariat Allah Swt di muka bumi, akan menjadi efektif apabila ia memiliki syarat-syarat berikut ini;



1. IKATANNYA AQIDAH, BUKAN KEPENTINGAN

Orang-orang yang bergabung dalam jama'ah itu disatukan oleh ikatan aqidah, dipersaudarakan oleh iman, dan bekerja untuk kepentingan Islam. Mereka tidak disatukan oleh kepentingan duniawi yang biasanya lahir dari dua kekuatan syahwat; keserakahan (hubbud dunya) dan ketakutan (karahiatul maut).



2. JAMA'AH ITU SARANA, BUKAN TUJUAN

Jama'ah itu tetap diposisikan sebagai sarana, bukan tujuan. Sehingga tidak ada alasan untuk memupuk dan memelihara fanatisme sekadar untuk menunjukkan kesetiaan pada grup. Hilangnya fanatisme juga memungkinkan jama'ah-jama'ah itu saling bekerja sama diantara mereka, membangun jaringan yang kuat, dan tidak terjebak dalam

pertarungan yang saling mematikan.



3. SISTEM, BUKAN TOKOH

Jama'ah itu akan menjadi efektif jika orang-orang yang ada di dalamnya bekerja dengan sebuah sistem yang jelas, bukan bekerja dengan seseorang yang berfungsi sebagai sistem. Pemimpin dan prajurit hanyalah bagian dari strategi, sistem adalah sesuatu yang terpisah. Dengan cara ini kita mencegah munculnya diktatorisme dimana selera sang Pemimpin menjelma menjadi sistem.



4. PENUMBUHAN, BUKAN PEMANFAATAN

Sebuah jama'ah akan menjadi efektif jika ia memandang dan menempatkan orang-orang yang bergabung ke dalamnya sebagai pelaku-pelaku, yang karenanya perlu ditumbuh-kembangkan secara terus menerus, untuk fungsi pencapaian tujuan jama'ah itu. Jama'ah itu akan menempatkan dirinya sebagai fasilitator bagi perkembangan kreativitas individunya, dan tidak memandang mereka sebagai pembantu-pembantu yang harus dipaksa bekerja keras, atau sapi-sapi yang dungu yang harus diperah setiap saat.



5. MENGELOLA PERBEDAAN, BUKAN MEMATIKANNYA

Jama'ah yang efektif selalu mampu mengubah keragaman menjadi sumber kreativitas kolektifnya. Dan itu dilakukan melalui mekanisme syuro yang dapat memfasilitasi setiap perbedaan untuk diubah menjadi

konsensus.

Friday, April 22, 2011

Nota-nota Sebelum Muktamar PAS 2011


Oleh Agus Salim ii

Sebelum muktamar, pihak pemecahbelah jemaah kembali dengan pelbagai isu. Dalam muktmar 2009, mereka gagal menumbangkan pimpinan TGHH. Mereka tidak diketahui siapa yang membela dan memberi makannya. Politik bagi pihak ini adalah menghalalkan cara. Pengabungan dengan jemaah sangat longgar dan adab berjemaah bagaikan tiada. Motif perjuangan mereka hanya Allah yang tahu. Perubahan yang kita ingini dijalankan dengan pendekatan ‘ilmu hitam’ dan sesat.

Antara isu-isu yang dimarakkan kembali:

Kerajaan Perpaduan
1. Masih ada lagi orang yang mengaku ahli PAS tetapi sering mengalunkan gendang perpecahan dalam jemaah. Mereka cuba mencari ikon tetapi ikon tersebut tidak mahu melayani nafsu mereka. Mereka cuba menyelit dalam nama-nama tokoh PAS terutamanya mantan tokoh IRC, profesional, aktivis dan pemimpin lantang dalam jemaah seperti Abu Iman, Ir Khalid Samad, Dr Mujahid, Dato Mahfuz dan Dato Husam. Tokoh-tokoh tersebut mempunyai idea berbeda tetapi mereka masih lagi waras. Ada dalam kalangan tokoh tersebut sudah berpolitik lebih lama sebelum kita masih tiada lagi.
2. UG ialah lontaran idea bernas daripada TGHH. Ia bukanlah keputusan mesyuarat. Ia hanyalah idea. Kekeliruan ini menyebabkan Presiden PAS menutup buku tentang UG tetapi masih lagi yang berbunyi isu ini. Bagi penulis, sesiapa yang bermain isu UG untuk memburukkan orang adalah berniat jahat dan ejen pemecahbelah jemaah.
3. UG bukanlah bermakna PAS masuk BN tetapi melibatkan semua parti tanpa pembangkang dan tugas kenegaraan dibahagikan berdasarkan peratusan yang diterima parti dalam pilihanraya.
4. Sebenarnya, UG itu sendiri adalah idea yang baik dan bersifat futuristik. Cuma masa dan pendekatan oleh beberapa orang yang mewakili Presiden tidak sesuai.
5. Dr Mujahid Yusof pernah mengutarakan perpaduan ala UG dalam makalahnya dengan nama Kerajaan Perpaduan Nasional atau Kerajaan Persetujuan Nasional dalam menyatukan parti politik yang ada kepada matlamat negara yang lebih besar.
6. Siapa yang suka pada ‘UG’ yang nak selamatkan UMNO. Penggunaan UG ini hanyalah untuk membunuh karekter TGHH kerana hanya rapat dengan UMNO dan kritikkan TGNA sahaja yang boleh membunuh karekter TGHH. Kritikan TGNA dibalaskan penghormatan dan kasih sayang daripada TGHH mengagalkan usaha pembunuh tersebut. Mereka hanya mencalar sedikit imej TGHH dengan memburukkan isu UG. Paling teruk dibelasah dalam isu ini lalah Ustaz Nasha, Dr Hasan Ali, Dato Mustafa Ali dan PAS Terengganu.
7. Membunuh karekter memang mudah tetapi memulihkan kembali cukup sukar.
8. Sewajarnya, rancangan UG ini melambangkan TGHH sebagai negarawan unggul dimana permainan politik bukan berkisar persaingan dan perebutan kuasa untuk menang memerintah negara tetapi melihat impak pertembungan antara parti politik kepada persekitaran politik negara dan pada rakyat. UG membuang keegoan beliau untuk mentadbir negara hanyalah PAS.
9. TGHH telah membenarkan seminar yang membuka ruang beliau dikritik. Beliau mencatat isi-isi pembentang. Siapakah pimpinan politik yang sanggup melakukan perbuatan ini.. Ini menunjukkan keterbukaan dan jiwa besar beliau.

Perundingan
1. Jemaah Islam wajib terbuka dalam berunding dengan semua pihak. Perundingan bukanlah urusan ahli tetapi tugasan pimpinan. Jadi ahli jangan menyibuk diri dengan urusan ini. Sebagai parti dakwah, PAS terbuka untuk berunding dengan semua pihak sama ada rundingan rahsia atau terbuka. Bahkan elemen-elemen Islam berada dimana-mana sahaja.
2. Apabila ahli mula menyibuk dalam perihal bukan urusan mereka dan ada yang mendedahkan maklumat perundingan, ini boleh membawa amalan buruk sangka dalam jemaah.

16 September
1. 16 Sept adalah projek lompat parti. Adakah lompat parti merupakan tindakan bermoral?. Adakah kita sanggup menghalalkan cara untuk memerintah negara?
2. 16 September walaupun dihumorkan tanpa menyatakan tahun, kita beranggapan ia pada tahun 2008.
3. Dari segi teknikal, rancangan ini akan gagal kerana ia berlaku dalam bulan ramadhan dimana parlimen tidak bersidang. Dari politik, agak sukar mencari 30-40 ahli parlimen melompat parti. Jika ini berlaku, politik Malaysia tidak stabil apabila kerajaan boleh tumbang dengan lompat parti.
4. DAP yang mempertuhankan Perlembagaan itu tidak ghairah dengan projek ini.
5. Blogger celaka menyatakan kegagalan 16 disebabkan TGHH tidak mahu tandatangan. Saya tak tahu sejauh mana kebenaran ini. Sebagai wadah Islam, pendekatan lompat parti bukanlah cara PAS.
6. Calon Timbalan Presiden PAS 2011, Muhammad Sabu berkata biar negeri Pakatan Rakyat tunjuk kehebatan dahulu, tunggu PRU 13 dan barulah rakyat menilai gerak kerja PR. Tugas kita menyeru Islam dengan mengajak rakyat menyokong PAS bukan nak suruh orang lompat parti.

TGHH dan Ustaz Nasharudin Mat Isa
1. Antara mangsa cubaan membunuh karekter ialah para pimpinan PAS Terengganu, para ulama, TGHH, Ustaz Nasha, Dr. Hassan Ali, Dato Mustafa, TG Haron Din dan para pimpinan neo tradisionalis Dewan Pemuda PAS Pusat.
2. TG Haron Din dilututkan dengan gelaran ulama kepala lutut.
3. TGHH dengan liabiliti parti. TGHH meminta beliau dicabar sebagaimana pro perubahan mencabar kepimpinan Dato Asri dan kumpulannya. Walapun beliau dinyahkan dengan kegagalan mempertahankan Terengganu dan kegagalan rancangan 16 sept, banyak juga kejayaan yang beliau capai. Keaktifan Lujnah Perpaduan pimpinan Dr Mujahid dengan restu beliau, penyertaan wanita dalam piliharaya dan MSU, penyertaan non muslim mewakili PAS dan terbesar kejayaan PRU 12. Butakah pengkritik beliau?
4. Jangan bicara tentang kemampuan TGHH jika kita bukan pengikut yang membantu beliau dan patuh pada arahannya. Kekuatan pimpinan datang daripada kekuatan pengikut. Saidina Ali pernah ditanya kenapa beliau kelihatan lemah berbanding khalifah yang lain. Saidina Ali menjawab mereka kuat kerana mereka mempunyai pengikut seperti aku manakala aku lemah kerana aku mempunyai pengikut seperti kamu. Saidina Abu Bakar tidaklah handal dalam pemerintahan tetapi beliau dibantu oleh sahabat yang handal seperti Saidina Umar.
5. Jangan samakan TGHH dengan kisah Abu Zar. Abu Zar sejak dari awal Rasulullah menyatakan beliau tidak mempunyai kemampuan dalam pemerintahan. TGHH pula adalah ahli PMRAM, YDP ABIM Terengganu, EXCO Dewan Pemuda, Ideolog parti, Naib dan Timbalan Presiden. Penjawatan ini adalah ujian kemampuan bagi beliau. Prestasi banyak bergantung kepada ‘mood’ semasa. PRU 10, sudah hangat ekoran pembogelan kes Anwar menyebabkan orang Melayu protes. Api kemarahan luar biasa, harakah dan majalah tamadun luar biasa pasarannya. Dan kini, bukanlah ideologi PAS ini yang dijadikan tarikan perjuangan tetapi kesusahan rakyat, kos hidup, kronisme dan rasuah mempengaruhi sokongan rakyat. Maka tidak adil, prestasi TGHH dinilai seperti tahun 1999.
6. Ustaz Nasha dan Dr Hassan dikritik keras kerana terlibat dengan perundingan dan pertemuan.

Kepimpinan Ulama
1. Kepimpinan ulama diburukkan agar imej para ulama dimatikan. Provokasi berterusan.
2. Buat masa ini kepimpinan ulama terus relevan walapun beberapa prinsip jemaah Islam dikembirikan oleh ahli jemaah.

Kebaikan yang Tak Nampak: Ulasan Ustaz Fawwaz TG Fadhil Noor[dengan olahan penulis]

Apakah dengan ustaz nasa berjumpa dengan pemimpin umno dengan restu presiden dianggap sebagai satu kesalahan. Apakah jiwa yang terbuka begitu dianggap tidak sayang pada parti dan perjuangan.

Sepatutnya kita sebagai pencinta perjuangan Islam patut berasa bangga dengan sifat berani dan keterbukaan pemimpin utama pas di dalam membuat perubahan politik Malaysia yang lebih mementingkan masalah umat daripada kepentingan parti.Bagi saya,kalau al marhum ustaz fadzil noor masih ada ,beliau pasti merestui tindakan tersebut sebab beliau adalah orang terbuka dan mempunyai jiwa yang tinggi,tidak taasub kepada parti dan sebagainya. Tetapi ustaz hadi pun dan tutup sementara isu kerajaan perpaduan sampai orang ramai faham.

Begitulah ijtihad-ijtihad politik yang dibuat oleh pemimpin utama kita yang berpandangan jauh kemudian mereka berhenti seketika sebab tidak mahu ahli-ahli memberontak dan keliru. Tetapi suatu hari nanti ahli-ahli akan faham apa yang diinginkan oleh mereka.
Tetapi pandangan sebegini hanya mampu dikeluarkan oleh mereka yang mempunyai pengetahuan yang luas ilmu agama dan memahami reality kehidupan dan tuntutan umat. Mereka yang mampu mengambil faedah daripada ilmu-ilmu silam,hidup dengan zaman dan mampu merancang masa depan untuk terus membawa bahtera Islam menuju kepada kejayaan.

Solusi

Para pemecahbelah ini cuba memperbodohkan perwakilan PAS. Kritiklah dengan adil dan bersopan.. Hentikanlah label melabel dan membunuh karekter pimpinan. Untuk memulih kembali imej TGHH, Ustaz Nasha, Dr Hassan Ali, Dato Mustafa dan Dato Husam menjadi sukar.

Saya percaya perwakilan muktmar adalah orang yang bijak. Al Quran dan hadith menyelamatkan pemikiran kita.

Kita telah membunuh bakat hang nadim menyebabkan kerugian pada jemaah dan ummah.


Tuesday, April 12, 2011

PROTAZ Menguasai Masa Depan Kepimpinan Ulama PAS?

Profesional Ustaz atau PROTAZ adalah gabungjalin ulama-profesional yang bakal menghadapi cabaran-cabaran masyarakat akan datang. Saya mengkagumi pemikiran Tuan Guru Yusof Rawa, seorang ulama yang futuristik. Beliau disifatkan sebagai PROTAZ yang digemari oleh pro perubahan berbanding ustaz-ustaz nasionalis pro Dato Asri.

Pada tahun 1983, beliau cuba menjernihkan konsep ulama dengan idea mengubah nama Dewan Ulama kepada Dewan Ulama dan Cendikiawan. Tulis TGYR “Perubahan Dewan Ulama kepada Dewan Ulama dan Intelektual Islam juga bertujuan untuk memadukan Ulama dan intelektual Islam sekali gus menghapuskan jurang perbezaan keilmuan yang wujud di kalangan mereka dan mengadunkan ilmu serta pengalaman masing- masing dalam konsep, matlamat dan peranan ilmu dalam Islam sehingga dualisma yang memisahkan ilmu Syariat dan ilmu akliyyah itu dihapuskan!”

Memadu dan menghapuskan jurang keilmuan memberi makna ulama dan profesional disatukan di bawah satu unit istilah yang baru iaitu PROTAZ. Maka ulama kembali kembali kepada pendefinisian asal iaitu bertaqwa.

Tuan Guru Fadzil Noor pula menyarankan PAS memprofesionalkan Ulama dan mengulamakan profesional. Amanat TGFN ini adalah gambaran pemimpin yang bakal memimpin PAS pada masa depan iaitu seorang pemimpin yang mempunyai latar belakang agama atau seorang ulama yang menambah ilmu pengetahuan berkaitan keprofesionalan.

TGHH adalah orang kepercayaan TGFN untuk meneruskan perjalanan penyerahan tampuk kepimpinan PAS kepada seorang PROTAZ. TGFN telah memimpin dan mementori jalan politik tokoh yang dikatakan berbakat iaitu Ustaz Nasharudin Mat Isa. Ustaz Nasha adalah pilihan TGFN yang sangat dikagumi oleh pihak pro perubahan dalam PAS.
Ustaz Nasha pernah belajar di ITM kemudian ke Jordan dan pernah menjadi pensyarah dalam bidang perundangan dan syariah di UKM dan UIA. Beliau diasuh oleh TGFN dengan melantik beliau sebagai SUA PAS. Kemudian, Ustaz Nasha dengan dokongan juak profesional dalam PAS berjaya mengalahkan penyandang Timbalan Presiden PAS, Ustaz Hassan Shukri.

Ustaz Nasha antara alumni murid Dr Yusof al Qaradhawi. Pemikiran dan pendekatan al Qaradhawi bakal digunakan setelah beliau menjawat jawatan Presiden PAS nanti.

Jika dilihat pada prestasi beliau dalam PAS, ia boleh dikatakan tidak menyerlah. Tiada gagasan atau kejayaan yang dihasilkannya. Apapun mungkin kita tidak nampak atau beliau tidak kemuka gagasan beliau untuk menjaga hubungan dengan Presiden PAS. Sejarah membuktikan bahawa Tun Musa Hitam yang bergeliga itu menggugat idea-idea Tun Mahathir, dan Anwar Ibrahim pernah membawa gagasan masyarakat madani yang dirasakan mencabar gagasan wawasan 2020 Tun Dr. Mahathir. Justeru, Timbalan Presiden tugasnya sebagai pembantu bukannya pencetus gagasan kecuali beliau diminta oleh Presiden.

Seorang lagi yang mewakili PROTAZ ialah Dr Mujahid Yusof. Beliau mendapat pendidikan di Mesir dan kemudian, menyambung MA dan PhD di UPM dalam bidang pengurusan. Beliau boleh dianggap ideolog muda PAS yang membawa neo idea dan pendekatan pro perubahan sebaris dengan Dr Dzukifli Ahmad. Kejayaannya dalam merealisasi hubungan erat dengan non muslim boleh dipuji. Pun begitu kebanyakkan idea-idea beliau bersifat akademi, futuris dan utopia. Praktik politik dan rintangan beliau masih kurang. Beliau kurang berpengaruh dalam struktur kuasa PAS dan hanya mendapat undi antara terendah dalam pemilihan muktamar 2009.

Ir Mohamad Nizar telah mendapat pendidikan awal di Kampar, kemudiaannya meneruskan persekolahan di Sekolah Menengah Anglo Chinese, Kampar. Selepas itu menyambung pelajaranya di Sekolah Menengah Teknik, Persiaran Brash, Ipoh. Pada tahun 1972 beliau mengambil Advance Level (A Level) di Norwich City College Of Arts & Technology Norwich, Norfolk, England. Beliau merupakan lulusan Sarjana Muda Sains Kejuruteraan Mekanikal dari University Of Aston di Brimingham, United Kingdom. Sekembalinya ke tanahair, beliau bekerja di beberapa agensi kerajaan termasuk Jabatan Kerja Raya bahagian bengkel dan kuari, Perbadanan Pembangunan Bandar (UDA - Daya Urus), Perbadanan Pembangunan Pulau Pinang.

Dr Dzukifli Ahmad merupakan pakar dalam bidang racun, seorang strategis dan pakar tarbiah JIM/IRC yang setia bersama PAS.

Dato Husam juga merupakan strategis PAS dan pakar perancangan ekonomi. Setelah belajar di UM dan menyambung pengajian Bahasa Arab di Jordan.

Kelemahan Para Pimpinan Pelapis Kepimpinan Ulama

Para pimpinan perlu mencari penasihat dan pembantu yang berfikrah Islam. Jangan sesekali mencari pembantu yang boleh menambahkan glamor pimpinan dalam dada media tetapi akhirnya dikhianati dengan pembocoran rahsia peribadi dan rahsia jemaah.
Idea perubahan yang terlalu idealistik. Idea memang bagus tetapi masa tidak sesuai dilakukan.

Pemimpin jangan hidup dalam kelompok profesional sahaja. Kesusahan rakyat tidak disantuni. Pengaulan mesti diperluaskan. Turun ke medan masyarakat tanpa paksaan.
Pemimpin PROTAZ harus bebas daripada pengaruh luar jemaah. Anak muda gerakan Islam seperti PAS mula mengkagumi pimpinan luar. Tidak salah, cuma ketaatan perlu kepada pemimpin sendiri. Anwarisme dan IRC ini ada walaupun anak muda sekarang percaya perkara ini tidak relevan pada masa sekarang. Sikap berhati-hati perlu dalam menerima pendapat tokoh luar daripada jemaah. Hormati saluran jemaah dan struktur kuasa dalam jemaah.

Pendekatan liberal yang dicanang jangan sampai merosak aqidah dan hidup bersyariat sebagai seorang Islam. Kita boleh bertafakur bagi menginsafi sesuatu perkara tetapi jangan tafakur kita setaraf dengan tafakur ala tugu negara.

Pada zaman keselesaan ini, pimpinan PAS mula melupakan pengalaman susah mereka. Gaya hidup mula berubah kononnya bakal memerintah putrajaya. Impaknya perjuangan rakyat tertindas hanya menjadi umpan politik sahaja.

Para Strategis dan ahli PAS lupa kepada kebijakkan pendekatan pimpinan kerana kebencian peribadi. Dulu orang mengkritik tindakan TGFN semasa berunding dan pidato bersama UMNO. Tapi kini golongan ini memuji TGFN antara pemimpin terbuka dan futuris. Sokongan mereka untuk memenuhi kepentingan peribadi mereka.

Para pencipta perpecahan akan memunculkan kembali isu-isu seperti penguasaan PAS oleh PAS Terengganu, perundingan sulit, Kerajaan Persekutuan, 16 September dan serangan terhadap peribadi seperti TGHH dan Ustaz Nasha. Semasa Ustaz Nasha mencabar Ustaz Hassan Shukri, mereka mengagungkan Ustaz Nasha sebagai tokoh perubahan dan membunuh karekter Ustaz Hassan Shukri. Mereka cipta isu untuk memecahkan parti.

PAS mempunyai ramai pemimpin berpengaruh dalam struktur kuasa tetapi tidak seglamor pihak pro perubahan dalam media massa. Antaranya, Tuan Guru Tuan Ibrahim Tuan Man, Ustaz Idris Ahmad, Ustaz Nasarudin Tantawi, Ustaz Azizan Razak dan Ustaz Abdul Ghani Samsudin. Pilihan pada tangan muktamar.

Menyerang Qiyadah Melumpuhkan Dakwah

.oleh Pertubuhan IKRAM Malaysia pada pada 12hb April 2011 pukul 8.39 ptg.
http://fikrah-dakwah.blogspot.com/

Author: Fikrah dan Dakwah | Posted at: 9:25 PM |



Muhammad Abdullah Al Khatib



Wahai Ikhwan, karena dakwah kamu semua merupakan kekuatan besar melawan kezaliman, maka wajar kalau kamu mengerahkan segala senjata dan kemampuan untuk menghadapi dakwah kamu semua, bahkan tidak ada jalan lain kecuali mereka memanfaatkan senjata dan kemampuan untuk memerangi musuh dan membentengi dakwah kalian.



Cara paling berbahaya yang digunakan oleh musuh yang licik adalah usaha menimbulkan pergeseran dalaman di dalam dakwah, sehingga mereka dapat memenangkan pertarungan karena kekuatan dakwah menjadi lemah akibat berpecah-belah. Sesuatu yang paling efektif dalam menimbulkan pergeseran dalaman dalam dakwah adalah hilangnya tsiqah antara ahli dan pimpinan. Sebab bila ahli sudah tidak memiliki sikap tsiqah pada pimpinannnya, maka makna ketaatan akan segera hilang dari jiwa mereka. Bila ketaatan sudah hilang, maka tidak mungkin ada kepemimpinan dan karenanya pula tidak mungkin jamaah dapat wujud.



Oleh karena itulah, maka Imam Asy-Syahid menekankan rukun tsiqah dalam Risalah At-Ta’alim dan menjadikannya sebagai salah satu rukun bai’at. Imam Asy-Syahid juga menjelaskan kepentingan rukun ini dalam menjaga solidariti dan kesatuan jamaah, ia mengatakan: “…Tidak ada dakwah tanpa kepemimpinan.



Kadar tsiqah – yang timbal balik – antara pimpinan dan yang dipimpin menjadi penentu bagi sejauh mana kekuatan sistem jamaah, kemantapan langkah-langkahnya, keberhasilan dalam mewujudkan tujuan-tujuannya, dan kemampuannya dalam mengatasi berbagai halangan dan kesulitan. “Ta’at dan mengucapkan perkataan yang baik adalah lebih baik bagi mereka” (QS 47:21). Dan tsiqah terhadap pimpinan merupakan segala-galanya bagi keberhasilan dakwah.”





Kita tidak mensyaratkan bahwa yang berhak mendapat tsiqah kita adalah pemimpin yang sebagai orang yang paling kuat, paling bertakwa, paling mengerti, dan paling fasih dalam berbicara. Syarat seperti ini sangat sulit dipenuhi, bahkan hampir tidak terpenuhi sepeninggal Rasulullah saw. Cukuplah seorang pemimpin itu, seseorang yang dianggap mampu oleh saudara-saudaranya untuk memikul amanah (kepemimpinan) yang berat ini. Kemudian apabila ada seorang ikhwah yang merasa bahwa dirinya atau mengetahui orang lain memiliki kemampuan dan bakat yang tidak dimiliki oleh pimpinannya, maka hendaklah ia mendermakan kemampuan dan bakat tersebut untuk dipergunakan oleh pimpinan, agar dapat membantu tugas-tugas kepemimpinannya bukan menjadi pesaing bagi pimpinan dan jamaahnya.



Saudaraku, mungkin anda masih ingat dialog yang terjadi antara Abu Bakar ra dan Umar ra sepeninggal Rasulullah saw. Umar berkata kepada Abu Bakar, ‘Ulurkanlah tanganmu, aku akan membai’atmu.’ Abu Bakar berkata, ‘Akulah yang membai’atmu.’Umar berkata, ‘Kamu lebih utama dariku.’ Abu Bakar berkata, ‘Kamu lebih kuat dariku.’



Setelah itu Umar ra berkata, ‘Kekuatanku kupersembahkan untukmu karena keutamaanmu.’ Umar pun terbukti benar-benar menjadikan kekuatannya sebagai pendukung Abu Bakar sebagai khalifah.

Tatkala seseorang bertanya kepada Imam Asy-Syahid, ‘Bagaimana bila suatu kondisi menghalangi kebersamaan anda dengan kami? Menurut anda siapakah orang yang akan kami angkat sebagai pemimpin kami?’

Imam Asy-Syahid menjawab, ‘Wahai ikhwan, angkatlah menjadi pemimpin orang yang paling lemah di antara kamu. Kemudian dengarlah dan taatilah dia. Dengan (bantuan) kamu semua, ia akan menjadi orang yang paling kuat di antara kalian.’



‘Wahai Ikhwan, mungkin anda masih ingat perselisihan yang terjadi antara Abu Bakar dan Umar dalam menyikapi orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakat. Sebagian besar sahabat berpendapat seperti pendapat Umar, yaitu tidak memerangi mereka. Meski demikian tatkala Umar mengetahui bahwa Abu Bakar bersikap keras untuk memerangi mereka, maka ia mengucapkan kata-katanya yang terkenal, yang menggambarkan ketsiqahan Umar yang sempurna, ‘Demi Allah, tiada lain yang aku pahami kecuali bahwa Allah telah melapangkan dada Abu Bakar untuk memerangi mereka, maka aku tahu bahwa dialah yang benar.’



Andai Umar ra tidak memiliki ketsiqahan dan ketaatan yang sempurna, maka jiwanya akan dapat memperdayakannya, bahwa dialah pihak yang benar, apalagi ia telah mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Allah swt telah menjadikan al haq (kebenaran) pada lisan dan hati Umar.’ Alangkah perlunya kita pada sikap seperti Umar ra tersebut, saat terjadi perbezaan pendapat di antara kita, terutama untuk ukuran model kita yang tidak mendengar Rasululiah saw memberikan cadangn kepada salah seorang di antara kita, bahwa kebenaran itu pada lisan atau hatinya.



Mengingat sangat pentingnya ketsiqahan terhadap fikrah dan ketetapan pimpinan, maka musuh-musuh Islam berusaha sekuat tenaga untuk menimbulkan keragu-raguan pada Islam, jamaah, manhaj jamaah, dan pimpinannya. Betapa banyak serangan yang dilancarkan untuk melaksanakan misi tersebut.



Oleh karena itu, seorang akh jangan sampai terpengaruh oleh serangan-serangan tersebut. Ia harus yakin bahwa agamanya adalah agama yang haq yang diterima Allah swt. Ia harus yakin bahwa Islam adalah manhaj yang sempurna bagi seluruh urusan dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Ia harus tetap tsiqah bahwa jamaahnya berada di jalan yang benar dan selalu memperhatikan Al Quran dan Sunah dalam setiap langkah dan sarananya. Ia harus tetap tsiqah bahwa pimpinannya selalu bercermin pada langkah Rasulullah saw serta para sahabatnya dan selalu tunduk kepada syariat Allah dalam menangani persoalan yang muncul saat beraktivitas serta selalu memperhatikan kemaslahatan dakwah.



Kami mengingatkan, bahwa terkadang sebagian surat kabar atau media massa lainnya mengutip pembicaraan atau pendapat yang dilakukan pada pimpinan jamaah, dengan tujuan untuk menimbulkan keragu-raguan, menggoncangkan kepercayaan, dan menciptakan ketidakstabilan di dalam tubuh jamaah. Oleh karena itu, seorang akh muslim tidak diperbolehkan menyimpulkan suatu hukum berdasarkan apa yang dibaca dalam media massa, tidak boleh melunturkan tsiqahnya, dan tidak boleh menyebarkannya atas dasar pembenaran. Ia harus melakukan tabayyun (semakan) terlebih dahulu.



Allah swt menegur segolongan orang yang melakukan kesalahan dengan firman-Nya, “Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka serta merta menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja di antaramu.” (QS 4:83).



*Dikutip dari Kitab Nadzharat Fii Risalah at-Ta’alim (Bab Ats-Tsiqah) terbitan Asy-Syaamil.



Artikel asal di: http://www.al-ikhwan.net/



.

Monday, April 11, 2011

Kepimpinan Ulama : Meredah Badai Perubahan Zaman.

Oleh Agus Salim II

“Esei ini meneliti kekuatan dan kelemahan kepimpinan ulama yang meniti usia lebih 30 tahun”
Kepimpinan Ulama PAS dan Iran melebihi usia 30 tahun. Pelbagai dugaan telah ditempuhi membolehkan konsep ini membina kematangan dan seharusnya lebih dinamik dalam menangani cabaran perubahan yang semakin memcabar.

Kebangkitan Kepimpinan Ulama Dalam PAS
Muktamar Dewan Pemuda PAS yang diadakan di Bukit Mertajam meluluskan usul EXCO Dewan Pemuda PAS Pusat iaitu PAS hendak mempelopori konsep kepimpinan ulama. Dalam muktamar PAS Pusat di Dewan Bahasa dan Pustaka, Setiausaha Agung PAS telah mengumumkan pengunduran Dato Asri semasa waktu rehat muktamar. Dato Asri menyerahkan pemilihan baru kepada muktamar. Muktamar tanpa bahas menyerahkan kepada Timbalan DYP PAS dari pihak pro perubahan, Tuan Guru Yusof Rawa. Perkara ini berlaku tanpa dirancang. Pengunduran 13 orang Anggota Jawatankuasa Pusat PAS ketika itu memudahkan proses peralihan kuasa.

Pihak Pro perubahan yang berakar kepimpinan ulama sudah lama berperanan dalam pentadbiran PAS mula tercabar kerana keahlian PAS adalah terbuka dan kemasukkan manusia yang bervariasi aliran pemikiran dan budaya hidup menyukar kawalan kepimpinan terhadap jemaah. Kepimpinan Ulama PAS pernah berkonflik apabila golongan IRC cuba mempengaruhi proses pentarbiahan jemaah. Setelah gagal,golongan ulama IRC mula mengundur diri dan aktif dalam NGO atau menjadi ahli akademik. Golongan profesional IRC masih setia bersama jemaah.

Kedatangan ramai profesional dalam jemaah dilihat menggugat kepimpinan ulama. Ia ditambah lagi dengan kehadiran ulama muda yang bergaya PROTAZ dan anak muda yang menyikapi keterbukaan dan demokrat-liberalis muda dalam jemaah. Pada era tahun 2000an, golongan profesional semakin membina pengaruh sehingga mencetuskan polemik Ulama vs Profesional setiap kali muktamar bersidang.

Akar-akar Jemaah Islam yang semakin longgar
Gerakan Islam mengalami masalah besar apabila faham liberal semakin menusuk ke dalam pemikiran, pendekatan dan pegangan manusia zaman moden. Keahlian PAS yang mengharapkan kemasukkan ahli baru menyebabkan mereka menyertai PAS dengan mudah. Faham liberal ini sukar dielakkan kerana ia melibatkan latar belakang seseorang. Persekitaran proses pendidikan dan akademik serta keindahan produk-produk idea faham liberal menyebabkan ramai pimpinan dan anak muda terpengaruh dengan faham ini. Kita hanyut dengan sifat anti feudal, antikemapanan, rasionalisasi akal, bebas merdeka, keterbukaan, mabuk kehebatan diri, longgar keterikatan dan autonomi dalam berkehidupan. Keliberalan di bawah kawalan syariat dan beraqidah masih perlu tetapi janganlah merajai liberalisme.

Satu lagi faham yang semakin menular dalam zaman keselesaan ini ialah faham material. Faham material mula menyerang pimpinan-pimpinan utama PAS. Kemewahan dan kehidupan elit telah muncul dalam PAS sehingga mencetus 2 darjat antara golongan marhaen dengan pimpinan jemaah.

Proses pentarbiahan sudah tidak menjadi penting. Usrah-usrah melalui saluran struktur organisasi parti mula ditinggalkan dengan alasan ia adalah proses indoktrinisasi yang menjumudkan akal. Impaknya, lahirlah usrah bersifat kepentingan kumpulan atau tokoh tertentu. Tema politik dipertuhankan dalam proses pentarbiahan gelap yang berlaku dalam jemaah. Fenomena ini mempercepatkan kewujudan budaya jemaah dalam jemaah. Usrah-usrah arus perdana dalam jemaah pula hilang seri. Usrah mestilah tempat perkongsian ilmu, mini wacana pemikiran berasaskan dialog, ukhwah kekeluargaan, sentuhan jiwa sampai ke hati[hubungan bukan setakat dalam usrah], kepedulian terhadap anggota usrah yang tinggi dan saluran maklumat atau arahan atasan jemaah. Para naqib yang sehala interaksi, menutup pintu dialog, dan tidak meraikan perbedaan menyebabkan usrah kaku.

Sifat Gerakan Islam mula ditelan oleh sifat parti politik. Perlembagaan parti digunakan sepenuhnya menghalalkan proses mempartaikan jemaah/gerakan Islam. Akibatnya, proses pentarbiahan dijadikan ‘warung politik’. Budaya politik luar ‘realpolitik’ mula meresap. Perebutan kuasa bagi jawatan mula dipestakan tanpa kawalan iman. Fitnah, berburuk sangka, sikap ingin menjatuhkan pimpinan sendiri adalah buah ‘realpolitik,. Perebutan jawatan ini juga melahirkan kumpulan berkepentingan.

Prinsip-prinsip tradisi sesebuah jemaah Islam mula luntur dan terhakis. Prinsip-prinsip ini cuba dibunuh fungsinya. Ia digambarkan kekolotan dan penjajahan minda serta proses penjumudan dan taksub. Antara prinsip itu ialah syura, tsiqah, thabat, wa’la, hazar dan al intima’. Tradisi inilah yang berjaya memperkasakan jemaah Islam. Prinsip ini juga melahirkan pimpinan-pimpinan hebat sehingga jarang sekali pimpinan tertinggi meninggalkan PAS yang tiada kuasa dan projek ini. Malangnya ada juga sesetengah pimpinan menggunakan kebiasaan ini demi kepentingan peribadi dan kumpulannya. Akhirnya, kebiasaan ini dijadikan bahan ejekkan.

Ketaksuban juga menjadi penyakit dalam kalangan ahli jemaah Islam. Ahli jemaah Islam perlu meraikan perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat diwacanakan melalui seminar atau ‘sidang meja bulat’. Lazimnya, taksub itu datang daripada pihak yang menuduh. Jangan tuduh orang taksub, kelak nanti kitalah yang taksub. Elakkan taksub dengan menyelidik al Quran dan hadith. Berhati-hati dengan permainan akal dan manis mulut serta kewibawaan fantasia yang mengarahkan kepada taksub pimpinan atau kelompok tertentu.

Antara asas pentarbiahan jemaah Islam ialah penerapan risalah ta’alim[Rukun Bai’ah] Imam Hasan al Banna ke dalam diri dan jemaah Islam semakin tidak dihayati. Akibatnya, ramai ahli jemaah Islam mahu menjadi bos dan berlagak pandai. Mereka tenggelam dalam kehebatan diri dan kepentingan kumpulan tertentu.
Tiada pengamalan tasawuf dalam pentarbiahan jemaah Islam. Tasawuf ini dikomponenkan kepada tiga iaitu zikir, akhlaq mahmudah dan kawalan nafsu. Sifat-sifat mazmumah ahli datang daripada ketiadaan pendidikan hati dengan ilmu-ilmu tasawuf. Zikir al mathurat kurang dilazimi. Ruang masa dihabiskan masa untuk berwarung kopi, cerita politik, berblog, bola sepak bahkan ada menonton cerita porno. Masa zikir memperkuatkan jiwa kita dan mengharapkan harapan daripada Allah.

Kebanjiran informasi juga melonggarkan akar-akar asasi kekuatan jemaah Islam. Informasi yang pelbagai menyebabkan kita mabuk dengan maklumat dan ilmu. Mabuk ini menyebabkan kita lemas dalam ilmu tanpa keaktivisan. Kita mabuk dengan ilmu tanpa amalan yang istiqamah. Kita juga mabuk dengan keindahan pemikiran-pemikiran yang mengasyikkan dan palsu. Pemikiran qurani ditinggalkan kerana lemas dalam pemikiran kafiri. Anak muda yang mencari identiti dan akal serta nafsu masih bergoyang mencari tapak yang kukuh mudah sekali terpengaruh dengan ‘fitnah’ informasi ini.

Definisi Ulama dan Konsep Kepimpinan Ulama
Definisi ulama sangat luas. Ia tidak terhad kepada agamawan sahaja. Ulama merangkumi semua disiplin ilmu. Dalam kontek kepimpinan ulama PAS, ulama adalah agamawan.

Definisi ulama boleh berubah berdasarkan keadaan dan siapa yang menafsirkan definisinya. Apapun paling penting ialah definisi ulama berdasarkan firman
“Sesungguhnya, yang menaruh bimbang dan takut (melanggar perintah) Allah dari kalangan hamba-hambaNya hanyalah orang-orang yang berilmu (Ulama). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa, lagi Maha Pengampun.” [Faathir 35: 28]

Tuan Guru Nik Aziz Nik Mat menyatakan ulama ialah orang berilmu. Tidak hanya mengkhususkan kepada agamawan sahaja. Ianya mencakupi ilmu yang lebih luas. [harakah 19-21/9/2008]

Ustaz Nasrudin at Tantawi menyatakan Ulama' yang tinggi ilmunya , beriman , bertaqwa dan beramal dengan ilmunya . Ulama' yang turun ke medan berjuang menegakkan agama Allah swt disamping itu , ulama' ini berkeupayaan menggerakkan jentera dan organisasi . Mengurus gerakkerja dan mengatur pentadbiran parti .

Perkara ini bermakna, ulama bukan sahaja perlu bertaqwa dan alim tetapi mempunyai keupayaan dalam pengurusan dan mempunyai pengaruh dalam organisasi. Sesuai dengan firman

Salah seorang di antara perempuan yang berdua itu berkata: “Wahai ayah (Shuaib), ambilah dia (Musa) bekerja, Sesungguhnya sebaik-baik orang yang ayah ambil bekerja ialah orang yang kuat, lagi dipercayai” [al-Qasas 28: 26]

Pada tahun 1982, Dewan Pemuda PAS mahu ulama dan institusi ulama dalam jemaah Islam diperkasa dan didaulatkan. Peranan ulama diperluaskan dan ulama dibantu oleh non ulama. PAS telah mengekalkan fungsi Dewan Ulama sebagai sayap penting PAS. Kemudian PAS membentuk Majlis Syura Ulama yang dinstitusikan sebagai badan tertinggi dalam jemaah yang bertanggungjawab kepada muktamar. MSU boleh membatalkan keputusan jawatankuasa PAS Pusat dan Presiden. MSU diketuai oleh Mursyidul Aam.

Konsep ulama PAS bukanlah terletak kepada seorang pimpinan perlu seorang ulama tetapi kawalan secara kolektif institusi yang dinamakan Majlis Syura Ulama dalam proses membuat keputusan dalam PAS.


Polemik Dalam Kepimpinan Ulama
Berlaku polemik Jawatan Presiden dan Timbalan Presiden mestilah dijawat oleh ulama. Pertarungan ini mewujudkan 2 kelompok dalam PAS iaitu golongan profesional dan golongan ulama. Pada muktamar yang lepas(2009), golongan profesional ini dikenali kelompok Erdogan sempena nama Perdana Menteri Turki.

Jawatan Presiden dan Timbalan PAS tidak semestinya dijawat oleh ulama. Perlembagaan PAS tidak menyatakan syarat Presiden dan timbalannya adalah ulama. Oleh sebab itu, pimpinan non ulama boleh bertanding atau menjawat jawatan tersebut. Presiden atau timbalan bukan ulama tidak menjadi masalah kerana kuasa Presiden masih dibawah pantauan MSU.

Menurut Ustaz Hassan Shukri, oleh kerana sejarah pengasasan PAS oleh para ulama, ia menjadi pegangan dan menjadi roh dalam pemilihan pucuk pimpinan adalah seorang ulama. Beliau secara peribadi menyatakan golongan profesional boleh menjadi pimpinan tertinggi dengan syarat tahu dan arif tentang agama, dapat menafsir al Quran, mengetahui fiqh atau syariat Islam. Sebabnya sudah ramai profesional mempunyai ilmu dan amal mengalahkan seseorang berkelulusan agama.

Jika dilihat perkembangan semasa, anggota PAS masih belum mampu memcuba meletakkan kelompok profesional sebagai Presiden PAS. Diharap pada masa depan, pemikiran anggota PAS berubah dan bersedia menerima golongan profesional sebagai Presiden. Sebenarnya, pemilihan profesional sebagai presiden PAS dapat memperkasakan MSU. MSU kelihatan tidak berkuasa kerana Presiden dan Timbalan Presiden PAS dalam kalangan ulama. MSU tidak cuba mevetokan keputusan Presiden dalam jenis mereka sendiri. Mahmoud Ahmadnejab adalah bukti bahawa keputusan presiden dapat dipantau dan dikawal oleh institusi ulama.

Golongan pro ulama daripada neo tradisionalis dan generasi pengasas masih mahu Presiden dan Timbalan adalah ulama. Menurut Tuan Guru Haron Taib, “kalau kita bercakap hendak jadi pemandu, dia mesti tahu jalan dan jika tidak tahu susah.”[Harakah 13-16 Oktober 2008] Begitu juga pendapat Tuan Guru Tuan Ibrahim Tuan Man, ulama yang memimpin PAS ada asasnya kerana sumber rujukan yang termaktub dalam Perlembagaan PAS ialah ak Quran, sunnah, Ijmak dan Qiyas. Yang nak memandunya siapa kalau bukan ulama?.”[siasah 17-23 Mei 2009].

Pak Subky Latif mencadangkan agar diperincikan dalam perlembagaan bahawa jawatan Presiden, Timbalan Presiden dan salah seorang Naib Presiden adalah ulama. MSU boleh merundingkan jawatan yang diperuntukkan untuk ulama. Presiden dan timbalan Presiden yang sudah tamat tempoh jangan menganggap diri mereka akan dicalonkan semula, bagi memberi kebebasan MSU menilai prestasi kepimpinan mereka sama ada dicalonkan semula atau menamakan calon lain.

Tidak timbul isu ulama vs profesional kerana PAS memang cuba memprofesionallkan ulama, dan mengulamakan profesional sebagaimana ucapan Tuan Guru Fadzil Noor. Menurut TG Tuan Ibrahim, PAS berjaya mengabung jalinkan ulama yang profesional dan profesional yang ulama.. Maknanya, ulama tahu mengendali atau mengawal dasar dan profesional mampu mengurus.

Pada penulis, kewujudan kubu-kubu berasaskan pemikiran dan pendekatan adalah normal. Cuma ia mestilah berada dalam ruang ‘mangkuk’ kepimpinan ulama. Mereka mahu perubahan gaya kepimpinan, pemikiran dan pendekatan politik. Serahlah kepada perwakilan muktamar dengan kempen, manifesto dan pemilihan ikon tanpa memburukkan pihak lawan. Ada juga mahu merubah kepimpinan ulama tetapi ia bukanlah cuba menjatuhkan atau membenci kepimpinan ulama secara total. Mereka mahu cuba idea perubahan seperti kepimpinan bertaqwa atau kepimpinan Islam. Ada setengah mempunyai konflik peribadi dengan membenci pimpinan tertentu. Ini telah menimbulkan ketegangan berpuak dalam PAS. Apapun ia masih terkawal dengan prinsip ‘memaki[mengkritik] secara tak nampak[melalui blog atau wakil tokoh] tanpa memutuskan hubungan persaudaraan sesama pimpinan jemaah’.

Majlis Syura Ulama: Benteng Terakhir Pelindung Kepimpinan Ulama
MSU akan perkasa dan berpengaruh kerana ada tokoh berpengaruh seperti TGHH dan TGNA. Jika kedua-duanya tiada, MSU kelihatan lembek. MSU sepi dan tak bermaya apabila Presiden PAS adalah seorang ulama. MSU gagal menunjukkan kuasa dan wibawa. Sebelum kedua-duanya tokoh ini tiada, MSU perlu disuntik dengan vaksin wibawa dan pengaruh.
Tugas utama MSU ialah memantau supaya PAS sentiasa dinamik sesuai dengan keperluan semasa dan memastikan PAS berada dalam kepimpinan ulama.

MSU adalah lambang utama kepimpinan ulama. Ia juga lambang ulama diinstitusikan. Tanpa MSU, kepimpinan ulama akan lembik.

Keanggotaannya terdiri daripada wakil Jawatankuasa PAS Pusat, Wakil Dewan Ulama, wakil Dewan Pemuda dan wakil Dewan Muslimat. Penyertaan muslimat dalam MSU adalah sesuatu perubahan dalam PAS. Cuma penulis menyaran agar Dewan Himpunan Penyokong PAS perlu melantik mereka dalam kalangan ulama ke MSU. Selain itu, keanggotaannya wajar ditambah kepada 50-80 orang dengan ahlinya turut dipilih oleh perwakilan muktamar.

Kepimpinan Ulama Perlu Bersedia Menghadapi Badai Perubahan.

Para ulama dalam PAS perlu menyedari bahawa perubahan akan berlaku. Sebagai manusia akhir zaman, mereka kaya dengan kelemahan walaupun mereka alim, beristiqamah dan ikhlas. Mereka perlu bersedia dicabar, ditikam dan berubah selaras dengan realiti zaman. Kelemahan terbesar generasi pengasas kepimpinan ulama ialah menghidap sindrom mubarak[lama mentadbir]. Kita mengakui kealiman, ikhlas, ilmu, amal, jasa, akhlak mulia, kebolehan, idea, gaya kepimpinan, pengaruh para pimpinan generasi pengasas tetapi mereka perlulah ingat bahawa mereka bukanlah Umar Bin Abdul Aziz atau Muhammad al Fateh. Bina batas tempoh agar generasi pelapis dapat mengambil alih pengurusan jemaah.

Allah mewafatkan Rasulullah setelah berusia 63 tahun dan memerintah 10 tahun. Abu Bakar, Umar al Khattab, Umar Abdul Aziz dan Imam Hassan al Banna tidak lama dalam memegang takhta kuasa. Mereka ditarik nyawa oleh Allah sebelum 10 tahun memerintah atau sebelum usia 63 tahun. Sahabat besar seumpama Saidina Uthman diberi peluang memerintah 14 tahun. Kroni dan nepotisme mula menular ke dalam kerajaan Islam Madinah. Oleh sebab itu, penulis menyarankan agar pimpinan hanya menjadi Menteri Besar selama 2 penggal[10 tahun] atau sebagai Presiden PAS selama 3 penggal sebelum usia 63 tahun. Kalau tidak, Islam akan terpalit dengan kelemahan pimpinan umat Islam.

TGNA dan TGHH mestilah bersedia dengan pelan peralihan kuasa. Ketiadaan ulama berpengaruh seperti mereka dibimbangi mengulangi sejarah ABIM tanpa Anwar. Penulis melihata cabaran paling besar bukanlah menumbangkan BN tetapi cabaran Anwarisme[liberal,plural] dan Anwar sendiri. Pada waktu sekarang, hanya TGHH yang berupaya menghadapi pengaruh Anwar . Tanpa TGHH, Anwar boleh mempengaruhi PAS dengan lebih luas lagi.

Ada blogger yang mahu YB Dato Husam bertanding melawan TGHH. Saya secara peribadi menyetujui pertandingan ini. Saya percaya, budaya bertanding perlu disegarkan dalam PAS. Sesiapa sahaja boleh mencabar Presiden.

Hapuskan jawatan Timbalan Presiden PAS. Dulu ada orang bertanding jawatan Timbalan Presiden dengan alasan mahu perubahan dalam jemaah. Perubahan dibuat bukan dengan jawatan Timbalan Presiden tetapi dengan jawatan Presiden. Jawatan Timbalan Presiden telah menjadi duri dalam daging kepada MCA dan UMNO serta PAS. Jawatan Timbalan Presiden PAS menjadi medan kontroversi para ulama vs pro perubahan dalam PAS. Pada pendapat saya, jawatan ini dihapuskan. Hanya jawatan Presiden dipertandingkan dan Presiden berhak melantik 3 Timbalan Presiden. Timbalan Presiden adalah pembantu Presiden harus dilantik kerana beliau pelaksana idea Presiden. Timbalan Presiden tidak boleh mempunyai gagasan untuk menandingi gagasan Presiden kecuali dengan izin Presiden.

PAS bukan dimiliki oleh individu dan pihak tertentu. Setiap keputusan mesyuarat dibuat secara kolektif. Kesalahan dalam membuat keputusan bukan milik individu tetapi keputusan bersama. Jangan sesekali membawa ketidakpuasan hati yang peribadi dalam mesyuarat ke luar mesyuarat. Kebulatan majoriti keputusan mesyuarat perlu dihormati dan dilaksanakan walaupun kita tidak bersetuju.

PAS masih kurang ulama pelapis. TGNA menyifatkan PAS ramai ulama tetapi ulamanya tidak berkembang. Ulama muda[bawah 40 thn] dalam PAS tidak berkesan dan tidak menguasai ilmu-ilmu kontemporari. Penguasaan ilmu perlu melahirkan kesedaran diri bagi mentaati Allah. Ulama muda mesti mendekati masyarakat. Jangan berkampung dalam kelompok suci sahaja. Ulama muda yang terlibat dalam bidang profesional seperti ekonomi dan perbankan perlu dikedepan.

PAS telah melakukan proses tranformasi dengan meluaskan wilayah pemilihan daripada negeri kepada peringkat bahagian. Wakil-wakil bahagian dapat menentukan hala tuju dan memilih pemimpin yang dirasakan layak. Ini adalah bertepatan dengan pendemokrasian dalam PAS.

Kehadiran Dewan Penyokong PAS juga antara perubahan yang berlaku. Diharapkan pada masa depan, Dewan ini menghantar wakil mereka melalui ulama yang dipilih oleh mereka ke MSU. Menurut TGNA, PAS bersedia melantik Menteri Besar atau Perdana Menteri dalam kalangan non Melayu dengan syarat tokoh itu Islam.

PAS juga mengadakan persepakatan dengan parti lain dalam usaha menentang kezaliman di bawah Pakatan Rakyat. Bersepakat dengan persamaan, menghormati atas perbedaan pendapat. Sejarah membuktikan PAS memang gemar mengadakan persepakatan politik demi menumbang kezaliman atau menstabilkan negara.

PAS juga semakin menerima peranan muslimat dan non muslim. Ikon-ikon muslimat seperti Siti Zailah, Dr Mariah dan Dr Loq Loq antara yang aktif. Di Pakistan, al Maududi pernah membawa Jamaati Islami berpakat dengan Fatimah Jinnah dalam usaha menjatuhkan Ayub Khan. Selain itu, PAS juga menerima non muslim sebagai calon mereka. Perkara menjadi perubahan besar bagi gerakan Islam.

Cadangan terhebat PAS pada era Tuan Guru Haji Hadi ialah idea kerajaan perpaduan(UG). Ia ini bersifat futuristik tetapi tidak sesuai pada waktunya dan disalahtafsir oleh ahli-ahli dan pimpinan PAS. Di Sudan, Dr Hassan Turabi berkerjasama dengan Jeneral Numeiri dalam membentuk kerajaan. Pada saya, gagasan UG lebih baik daripada pendekatan tidak bermoral melalui lompat parti. Konsep hampir sama dengan UG pernah dikemuka oleh Dr Mujahid Yusof dengan nama Kerajaan Perpaduan Nasional atau Kerajaan Persetujuan Nasional.

Budaya perundingan dengan pihak lawan perlu diperluaskan. Ia juga adalah usaha dakwah. Berunding bukannya menyetujui, cuma ia proses penerangan dan perbincangan. Menurut Ustaz Hassan Shukri, berunding adalah salah satu cara PAS menjinakkan pihak lawan. Tidak timbul persoalan ada pertemuan rahsia pihak PAS dengan BN untuk berunding. Jangan kita nak menyibuk tentang urusan tertinggi parti atau urusan rahsia parti.

Perubahan juga berlaku apabila keanggotaan MSU disertai oleh wakil Dewan Muslimat dan Dewan Pemuda. Penjenamaan kembali MSU dalam usaha meremajakan idea-idea MSU kerana penyertaan ulama muda dan ustazah dari Dewan Muslimat. Cuma, perwakilan Dewan Pemuda datang daripada kelompok neo tradisionalis yang pro ulama. Oleh itu, penulis menyarankan pihak pro perubahan mencabar jawatan tertinggi dalam Dewan Pemuda PAS Pusat demi menghantar wakil mereka ke MSU. Penghantaran ini penting bagi menyalurkan suara pro perubahan di peringkat tertinggi jemaah. Jika mahu perubahan, tokoh umpama DR Mujahid Yusof perlu mencabar kepimpinan neo tradisionalis sekarang.

PAS perlu peka dengan struktur kuasa dalam jemaah. Contoh, apabila Mursyidul Aam atau Presiden memegang jawatan Pesuruhanjaya PAS Negeri, ia akan menyukarkan MSU dan PAS Pusat menasihati dan memantau pemegang kuasa apatah lagi pemegang kuasa adalah Menteri Besar. Cadangan agar PAS melaksanakan polisi ala PKS di Indonesia dimana sesiapa yang memegang jawatan dalam kerajaan seperti EXCO perlu meletak jawatan dalam jemaah kecuali keahlian jemaah.

PAS cuba sedang bergelumang dalam politik Demokrasi-Sekular yang menyukarkan kewujudan Negara Islam. Oleh itu, PAS harus mengunakan kebijakkan dalam menangani masalah ini. AKP dan PKS menggunakan pendekatan yang lebih liberal. Liberal yang saya maksudkan ialah liberal relatif iaitu lebih terbuka sedikit dan tidak konservatif.[cadangan Prof Dr Abu Hassan] PAS kena lebih moderat, lebih pramatis dan praktikal. Kedinamikan ini berlakukan apabila PAS menerima perubahan tetapi tidak melanggar aqidah dan bersyariatik.

Rahsia Kekuatan Gerakan Islam
Rahsia kekuatan jemaah Islam ialah mendapat keredhaan Allah. Menurut Ustaz Hassan Shukri, ahli-ahli PAS dididik supaya membuat keputusan berlandaskan al Quran, sunnah, qias dan ijma’ ulama. Pentarbiahan juga menjadi aras kekuatan jemaah Islam.Pernyataan Ustaz Hassan bersamaan dengan tulisan YB Ir. Khalid Samad, rahsia kesatuan dan perpaduan semestinya terletak kepada rujukan yang satu iaitu Al-Quran dan Sunnah Rasulullah (SAW), Ijma’ dan Qiyas. Pada masa yang sama, tarbiyyah amaliyah yang dilakukan PAS terhadap anggotanya menghasilkan kefahaman dan kematangan yang mantap dan padu. Secara amaliyah anggota PAS didedahkan kepada persoalan Siyasah Syariyyah, satu bidang ilmu politik Islam yang mencabar dan memerlukan kefahaman dan ilmu. Timbul darinya konsep ‘Tahaluf Siyaasi’ dan persoalan perubahan masyarakat secara ‘Tadarruj’ mengambil kira maslahah dan mafsadah. ‘Rahsia’ kesatuan PAS ini akan dapat dipertahankan sekiranya semua pihak walau apa sekalipun latar-belakang mereka berpegang teguh kepada konsep syura, ukhuwah Islamiyyah, Huznuz Zann dan rujukan yang sama seperti yang disebutkan tadi.[lihat blog Ir Khalid Samad]

Oleh sebab itu, kekuatan PAS ialah al Quran dan hadith. Pengaruh manusia hanya memudahkan pentafsirannya bukanlah kata putus tanpa tercabar.

Satu lagi kekuatan PAS ialah pentarbiahan. Proses Pentarbiahan telah melahirkan kader-kader yang berjuang sepenuh hati dengan PAS. Mereka sanggup hidup susah demi mendapat keredhaan Allah.

Kewibawaan ulama itu adalah rahsia kekuatan PAS. Pembinaan wibawa melalui proses penyampaian ilmu, pengamalan ilmu dan peranan media massa menyebabkan peningkatan para ulama PAS. Kewibawaan semakin merosot apabila ramai ulama berpengaruh mula uzur dan meninggal dunia.

Generasi Kepimpinan Ulama Masa Depan
Neo tradisionalis dan Liberal progresif serta kelompok anak muda akan mengulangi sejarah persaingan dalam kepimpinan ulama. Mereka mestilah kemuka idea-idea yang dimanifestokan untuk paparan perwakilan muktamar. Perubahan kepimpinan ulama hak milik muktamar. Muktamarlah yang memartabatkan kepimpinan ulama dengan menolak kepimpinan Dato Asri dan muktamarlah yang berhak mengekalkan atau melakukan perubahan.

Ulama muda sama ada kelompok neo tradisionalis atau liberalis progresif perlu mempunyai taraf Profesional Ustaz(PROTAZ) dalam menghadapi realiti zaman. Penampilan, pemikiran istiqamah, ilmu, bidang profesional dan interksi mesra rakyat perlu digabungjalinkan.

Antara watak-watak PROTAZ dalam PAS ialah Dr. Mujahid Yusof, Dr. Dzulkifli Ahmad, Dr Zuhdi Marzuki, Ustaz Zaharuddin Abdul Rahman, Ustaz Nazri Chik, Ustaz Mohd Ramadhan Fitri dan Ustaz Nasharudin Mat Isa.

Manakala ulama ala tradisi yang berkepakaran terhadap dalam bidang agama seperti Ustaz Nasarudin Tantawi, Ustaz Nik Abduh, boleh menguatkan Dewan Ulama.

Solusi
Kepimpinan Ulama masih lagi relevan dengan beberapa suntikan perubahan untuk menambah kedinamikkan PAS sebagai organisasi tersusun.
Persaingan kuasa antara kelompok pro perubahan[kelompok liberalis-progresif] vs pro ulama[neo tradisionalis] akan berterusan. Pada masa ini, anak muda lebih memihak kepada pro perubahan.

Ulama dalam PAS perlu berwatak PROTAZ dalam menangani realiti zaman.

Saturday, April 02, 2011

Lahirnya Sang Diktator

Oleh Agus Salim II

Saddam Husein, Muammar Ghadafi dan Suharto bermula dengan gelaran wirawan.Jasa dan pengorbanan mereka sangat hebat demi bangsa dan Negara mereka. Tetapi pada akhir usia pemerintahan mereka, mereka dihina dan dijijik oleh rakyat. Kenapa perkara ini berlaku?. Kerana mereka gagal menghidu bau perubahan oleh rakyat mereka. Mereka dibuai oleh sindrom Mubarak iaitu memerintah lama dan cuba merajakan diri serta mendinastikan pemerintahan milik keluarganya. Mereka gagal mengikuti langkah bijak Lee Kuan Yew dan Tun Dr. Mahathir mengundur diri sebelum rakyat bangkit.

Kebanyakan pemimpin hebat tidak memerintah lama. Rasulullah SAW sendiri diwafatkan pada usia 63 tahun dan memerintah selama 10 tahun. Apakah hikmahnya?. Imam Hassan al Banna memimpin Ikhwan ketika berusia 20 an dan meninggal dunia pada usia 40an. Apakah hikmahnya?. Umar Abdul Aziz, al Fateh, Umar al Khattab dan Abu Bakar tidak lama memerintah, apakah hikmahnya?. Allah SWT memberi peluang kepada Saidina Uthman memerintah agak lama dan apakah perkara yang berlaku pada zaman saidina Uthman?. Sahabat Nabi sealim, sebijak dan sesoleh beliau gagal mengawal Negara setelah agak lama memerintah.

Sementelahan lagi pemimpin akhir zaman ini. Jikalau terbaik sekalipun sedarlah kamu seorang pemimpin yang senang sentiasa memalit kelemahan.

Pemimpin seumpama TGNA di Kelantan dan TGHH dalam PAS perlu memberi ruang kepada generasi pelapis. Begitu juga DSAI dalam PKR. Jika dulu, para anak muda dalam PAS bangkit melawan keusangan idea Dato Asri, tidak mustahil perkara ini berulang dalam PAS. Sewajarnya, pemimpin PAS faham keinginan anak muda kerana mereka pun anak muda pada ketika itu.

Jangan bercakap tentang jasa. Dato Asri juga banyak jasa. Perubahan perlu datang pada sampai tempohnya. Tempoh 30 tahun sudah cukup untuk generasi pengasas kepimpinan ulama PAS.

Perubahan yang dicanang bukanlah tujuan kita nak pilih golongan yang dikatakan PAS Reform, IRC-JIM atau Suara Islam. Kita nak para ulama kita sediakan plan peralihan kuasa dan serah kuasa. Tak kiralah pada Ustaz Nasha atau TG Tuan Ibrahim Tuan Man. Janji, kita berubah pada fasa baru kepimpinan ulama.

Maaflah.. cukuplah … dah lama dah……….

Sebelum Loceng PRU 15 Melolong

 Sebelum Loceng PRU 15 Melolong a. Kerajaan 1. Kita perlu memahami bahawa kerajaan persekutuan pada hari ini berdiri atas sokongan para ahli...